08 Januari, 2022

Al-Qur'ân Bukan Untuk Orang Mati

Al-Qur'ân Bukan Untuk Orang Mati

Al-Qur'ân Bukan Untuk Orang Mati
Oleh Ustadz Abu Ismail Muslim al-Atsari
Adalah kebiasaan di beberapa daerah, orang membaca kitab suci al-Qur'ân -atau membaca surat Yasin- kemudian pahalanya dihadiahkan untuk orang yang telah mati. Bahkan sebagian orang, ada menyewa atau membayar seseorang atau sekelompok orang untuk membaca al-Qur'ân dan menghadiahkan pahalanya kepada keluarganya yang telah meninggal dunia. Pembacaan al-Qur'ân ini biasanya dilakukan di rumah duka, di kuburan atau lainnya. Benarkah perbuatan mereka menurut syari'at Islam?

Membaca al-Qur'ân untuk orang mati tidak dibenarkan dalam agama Islam dengan alasan sebagai berikut :

1. Membaca al-Qur'ân lalu menghadiahkan pahalanya untuk orang yang telah mati tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat dan para tabi'in. Sementara kewajiban kita dalam beragama adalah mengikuti petunjuk, bukan perkara baru. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Katakanlah jika kamu mencintai Tuhan, ikutilah aku, karena Tuhan akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allâh, ikutilah aku, pastilah Allâh mencintai dan mengampuni dosa-dosamu .” [Ali 'Imrân/3:31]

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu bagi orang-orang yang mengharap kepada Allah dan Hari Akhir, dan Allah mengingatnya

Sesungguhnya pada (diri) Rasûlullâh itu telah ada suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allâh dan (kedatangan) hari hari dan dia banyak menyebut Allâh . [Al-Ahzab/33:21]

2. Orang yang membolehkan membaca al-Qur'ân lalu menghadiahkan pahalanya untuk orang yang telah mati, dia harus dalil dari al-Qur'ân atau as-Sunnah. Jika dia tidak bisa dengan dalil, berarti dia telah berbicara tentang agama tanpa dasar ilmu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Mengatakan.

Katakanlah, “Rabbku mengharamkan perbuatan yang keji, yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, pelanggaran hanya manusia tanpa alasan yang, (mengharamkan) mempersekutukan Allâhtuh Denuk ram edganak Allâh apa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allâh tanpa ilmu) ” [al-A'râf/7:33]

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullâh bin Bâz rahimahullah mengatakan, “Berbicara tentang Allâh tanpa ilmu termasuk perkara terbesar yang diharamkan Allâh. Bahkan itu lebih tinggi dari perbuatan syirik. Karena dalam ayat tersebut Allah Azza wa Jalla mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu, meliputi berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukum Allah, syari'at-Nya dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla . Ini lebih besar dosanya daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari'at dan agama Allah Azza wa Jalla .” [1]

3. Barangsiapa membolehkan membaca al-Qur'ân untuk dihadiahkan pahalanya buat orang yang telah mati, berarti dia telah membuat syari'at yang tidak diidzinkan oleh Allâh Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman mengingkari orang-orang musyrik yang mengikuti syariat agama yang tidak diidzinkan oleh Allah:

Apakah tidak ada sekutu bagi mereka yang telah mengatur bagi mereka agama yang tidak dibolehkan oleh Allah?

Apakah mereka memiliki sembahan-sembahan selain Allâh yang mensyariatkan untuk agama mereka yang tidak mengizinkan Allâh? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allâh) tentulah mereka telah dibinasakan. [asy-Syûrâ/42: 21]

4. Perbuatan tersebut bertentangan dengan firman Allah Azza wa Jalla :

Bahwa seorang wanita menanggung beban yang lain, dan bahwa seorang pria tidak memiliki apa-apa selain apa yang dia perjuangkan.

Seorang yang bersalah tidak akan dosa orang lain. Dan seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya . [an-Najm/53: 38-39]

Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah seorang manusia hanya mendapatkan pahala dari usaha dan balasan perbuatannya sendiri. Amalan seseorang tidak bisa bermanfaat bagi orang lain. Keumuman makna dalam ayat ini dikecualikan dengan semisal firman Allâh Azza wa Jalla :

Baca Juga Hukum Shalat Di Belakang Imam Yang Bertalhin Dalam Bacaan Al-Qur'an

kami bergabung dengan mereka dengan keturunan mereka

Kami menghubungkan anak cucu mereka dengan mereka . [ats-Thur/52:21]

Dan semisal riwayat tentang syafa'at para Nabi dan Malaikat untuk para hamba, doa orang hidup untuk orang-orang yang telah mati dan semacamnya. Orang yang mengatakan bahwa ayat ini mansûkh (hukumnya dihapus) dengan perkara-perkara tadi adalah kutipan yang tidak benar. Karena dalil yang khusus menghapus dalil yang umum, namun hanya tidak menerapkannya (mempersempit maknanya). Sehingga semua dalil yang menunjukkan bahwa manusia bisa mendapatkan manfaat dari selain usaha itu sendiri adalah dalil yang keumuman ayat di atas.” [2]

5. Adapun membaca al-Qur'ân lalu pahalanya dihadiahkan buat orang yang telah mati, tidak ada dalil yang menuntunkannya. Allah Azza wa Jalla menurunkan al-Qur'ân sebagai hidayah (petunjuk) bagi manusia. Sehingga orang hidup bisa memanfaatkannya, mengikuti petunjuknya di dunia ini dan mengamalkannya. Di akhirat, orang-orang yang seperti ini akan dituntun oleh al-Qur'ân menuju surga.

Sedangkan orang yang telah mati, maka amalannya telah terputus, dia tidak mampu menambahi atau mengurangi amalannya.

Perbuatan sebagian orang di zaman ini berlawanan dengan kondisi di atas. Ketika masih hidup, mereka meninggalkan al-Qur'ân, enggan membaca atau mendengarkannya. Mereka lebih suka menyanyi, mendengar musik, menonton film dan hal-hal lain yang tidak bermanfaat di akhirat. Jika ada orang mati, mereka membacakan al-Qur'ân untuk jenazah tersebut pada acara pemakamannya atau di kuburnya.

Mereka ini seperti orang mogok makan sampai mati. Setelah dia mati, orang-orang mendatanginya membawakan makanan agar dia memakannya. Al-Qur'an hanya bermanfaat bagi orang yang hidup selama masih berada di dunia, ladang beramal. Adapun setelah mati, maka dia telah pindah dari fase beramal menuju fase pembalasan amal. Pada waktu itu al-Qur'an tidak bermanfaat baginya, karena ketika hidup meninggalkan al-Qur'an, padahal dia mampu mengambil manfaat darinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

Tidak lain hanyalah dzikir dan Al-Qur'an yang jelas untuk memperingatkan siapa pun yang hidup, dan perkataan itu adalah benar bagi orang-orang kafir.

Al-Qur'ân itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup dan supaya pastilah terhadap orang-orang kafir . [Yâsn/36:69-70]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman,

Nah kurangnya berita tentang apa yang telah memiliki dua orang yang memiliki laki-laki dari saya telah menawarkan kepadanya.

Demikian kami kisahkan (Muhammad) sebagian kisah yang lalu, dan sesungguhnya kami telah memberikan dari suatu sisi kami suatu peringatan (al-Qur'ân). Barangsiapa berpaling dari al-Qur'ân, maka sesungguhnya ia akan menjadi dosa yang besar di hari-hari. Mereka kekal di dalam keadaan itu dan buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari hari . [Thâha/20:99-101]

6. Membaca al-Qur'ân adalah ibadah dan ibadah itu tauqifiyyah, artinya harus mengikuti tuntunan. Jika seseorang beribadah tanpa tuntunan, berarti dia beribadah kepada Allâh semaunya sendiri, padahal Allâh Azza wa Jalla berfirman :

Saya melihat mereka yang mengambil tuhannya tetapi saya sedang melakukan agen atau menghitung bahwa kebanyakan dari mereka mendengar atau menghilang jika mereka hanya seperti di bawah ini, tetapi mereka takut

Terangkanlah padaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya! Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara di atasnya?, Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami? itu tidak lain, hanya seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat mereka (dari binatang ternak itu) . [al-Furqân/25:43-44]

7. Pahala suatu amal belum tentu diraih oleh orang yang mengamalkannya. Bagaimana mungkin ia menghadiahkan sesuatu yang belum pasti kepada orang lain. Karena amalan akan diterima dengan beberapa syarat :

iman

Ikhlas

Sesuai tuntunan syari'at

Bersih dari hal-hal yang mirip dengan amal, seperti riyâ', 'ujub dan lainnya.

Seseorang tidak tahu, apakah amalnya diterima atau tertolak.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma berkata, “Jika aku tahu shalatku diterima (oleh Allâh), maka aku benar-benar mengharapkan kematian, karena Allâh Azza wa Jalla berfirman :

Tuhan hanya menerima dari orang yang bertakwa

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa . [al-Maidah/5:27]

8. Membaca al-Qur'ân pada acara kematian atau di depan jenazah atau di kuburan merupakan perkara baru dalam agama, sedangkan semua perkara baru dalam agama adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah sesat. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Kami menyarankan Anda mengatakan kepada Tuhan, pendengaran dan ketaatan.

Aku wasiatkan kepada kamu untuk bertaqwa kepada Allâh; mendengar dan taat (kepada penguasa kaum muslimin), walaupun seorang budak Habsyi. Karena sesungguhnya barangsiapa hidup setelahku, dia akan melihat perselishan yang banyak. Maka wajib kamu berbegang kepada Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang mendapatkan petunjuk dan lurus. Peganglah dan giggitlah dengan gigi geraham. Jauhilah semua perkara baru (dalam agama), karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah sesat . [3]

Perbuatan tersebut tidak ada tuntunan dari Nabi, dari Khulafaur rasyidin, dari para sahabat, dari tabi'in dan dari tabi'ut tabi'in, sehingga hukumnya bid'ah dan sesat.

9. Kalau kita tahu bahwa hal itu bid'ah, maka pasti tidak ada pahalanya, sebaliknya yang ada adalah dosa. Jika keadaannya demikian, maka menghadiahkan pahala merupakan perbuatan dan perbuatan sia-sia. Ini seperti orang yang menggenggam tangan yang kosong, lalu dia berkata kepada orang lain yang membutuhkan bantuan, “Ambilah!”, padahal tangannya.

10. Sebenarnya semua orang sangat butuh untuk amalannya. Pada hari nanti, semua orang akan sangat mengkhawatirkan dirinya, akankah amalannya bisa menyelamatkannya?! Masing-masing akan lebih mementingkan dirinya daripada saudaranya atau ibunya atau bapaknya. Jika demikian, berarti orang yang menghadiahkan amalannya seolah dia sudah memastikan bahwa dijamin aman, tidak ada ruginya dan seolah-olah dirinya tidak butuh karunia Allâh Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman:

Dan jika jeritan itu datang pada hari ketika seseorang akan lari dari saudaranya, ibu, ayahnya, temannya, dan putranya, semua orang akan lari darinya.

Dan appabila come suara yang memekukkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu memiliki urusan yang cukup menyibukkannya . ['Abasa/80:33-37]

Penjelasan singkat tentang beberapa hal penting berkaitan dengan bacaan al-Qur'an yang menghadiahkan pahalanya bagi orang yang sudah meninggal. Ada sebagian orang yang berkilah bahwa apa yang dia lakukan adalah tradisi atau adat. Namun itu hanya alasan saja, karena yang menjadi tujuan adalah pahala, sementara yang namanya tradisi atau adat, pelaksanaannya bukan untuk mencari pahala. Kalau tujuan mencari pahala, berarti itu adalah ibadah. Dan ibadah harus sesuai dengan tuntunan syari'at.

Semoga penjelasan ini dapat bermanfaat dan menggugah kesadaran kita untuk lebih semangat dan waspada dalam melaksanakan ibadah.

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo - Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Footnote

[1] Catatan kaki kitab at-Tanbihatul Lathîfah 'Ala Ma Ihtawat alm. 34, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan, penerbit Dar Ibnil Qayyim
[2] Fathul Qadir, tafsir surat an-Najm ayat 39
[3] HR. Abu Dawud no: 4607; Tirmidzi 2676; Ad-Darimi; Ahmad; dan lainnya dari al-'Irbâdh bin Sâriyah
Disalin dari Sumber Artikel; Almanhaj.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkunjung di blog kami ini, semoga bermanfaat, dan tinggalkan pesan dan saran dari anda.di kolom tersedia di bawah ini. Terimakasih.Jazakumullah khairan.