Macam – Macam Doa Istiftah
Doa Istiftah adalah doa yang dibaca ketika shalat, antara takbiratul ihram
dan ta’awudz sebelum membaca surat Al Fatihah. Berikut penjelasan macam-macam doa istiftah.
Daftar Isi
Hukum Membaca Doa Istiftah
Macam-macam Doa Istiftah,
2.1 PERTAMA
2.2 KEDUA
2.3 KETIGA
Hukum Membaca Doa Istiftah
Hukum membacanya adalah sunnah. Diantaranya dalilnya adalah hadist dari Abu
Hurairah:
كان رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذا كبَّر في الصلاة؛ سكتَ
هُنَيَّة قبل أن يقرأ. فقلت: يا رسول الله! بأبي أنت وأمي؛ أرأيت سكوتك بين التكبير
والقراءة؛ ما تقول؟ قال: ” أقول: … ” فذكره
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam setelah bertakbir ketika
shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka aku pun bertanya kepada
beliau, wahai Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu
berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau baca ketika itu adalah:…
(beliau menyebutkan doa istiftah)” (Muttafaqun ‘alaih)
Setelah menyebut beberapa doa istiftah dalam kitab Al Adzkar, Imam An Nawawi
berkata: “Ketahuilah bahwa semua doa-doa ini hukumnya mustahabbah (sunnah) dalam
shalat wajib maupun shalat sunnah” (Al Adzkar, 1/107).
Demikianlah pendapat jumhur ulama, kecuali Imam Malik rahimahullah. Beliau
berpendapat, yang dibaca setelah takbiratul ihram adalah الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
العَالَمِينَ yaitu surat Al Fatihah. Tentu saja pendapat beliau ini tidak tepat
karena bertentangan dengan banyak dalil.
BACAAN BERIKUTNYA / Baca Juga:
Rahasia Keindahan Doa Istiftah
Macam-macam Doa Istiftah
Ada beberapa macam jenis doa istiftah
yang dibaca oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sahabatnya,
berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih.
Berikut ini macam-macam doa istiftah yang shahih, berdasarkan penelitian
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah terhadap dalil-dalil doa
istiftah, yang tercantum dalam kitab beliau Sifatu Shalatin Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam:
Pertama
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ
المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى
الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ
وَالثَّلْجِ وَالبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana
pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan
air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat
fardhu. Doa ini adalah doa yang paling shahih diantara doa istiftah lainnya,
sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Baari (2/183).
Kedua
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا
أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ
رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ
لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي
لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ
عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ
وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا
بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai
muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah
Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci
Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah
menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku
semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan
Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat
menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku,
karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau.
Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan
berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak
tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu
dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha
Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu”
(HR. Muslim 2/185 – 186)
Doa ini biasa dibaca Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam shalat
fardhu dan shalat sunnah.
Baca Juga: Kapan Membaca Do’a Iftitah pada Shalat Idul Fitri dan Idul Adha?
Ketiga
اللَّهِ أَكْبَرُ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ
حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ
أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ
إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai
muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb
semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku patuh kepada
perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allah, Engkaulah
Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci
Engkau dan Maha Terpuji”. (HR. An Nasa-i, 1/143. Di shahihkan Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/251)
Keempat
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ
اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي
لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ
لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ
“Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata
untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu aku
patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya
Allah, tunjukilah aku amal dan akhlak yang terbaik. Tidak ada yang dapat
menujukkanku kepadanya kecuali Engkau. Jauhkanlah aku dari amal dan akhlak yang
buruk. Tidak ada yang dapat menjauhkanku darinya kecuali Engkau”. (HR. An Nasa-i
1/141, Ad Daruquthni 112)
Kelima
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا
إِلَهَ غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau”
(HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10, Ad Darimi 1/282, Ibnu
Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri, dihasankan oleh Al Albani dalam
Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Doa ini juga diriwayatkan dari sahabat lain secara marfu’, yaitu dari
‘Aisyah, Anas bin Malik dan Jabir Radhiallahu’anhum. Bahkan Imam Muslim
membawakan riwayat :
أن عمر بن الخطاب كان يجهر بهؤلاء الكلمات يقول : سبحانك اللهم وبحمدك . تبارك
اسمك وتعالى جدك . ولا إله غيرك
"Umar bin Khattab pernah menjahrkan doa ini (ketika shalat) : (lalu menyebut
doa di atas)” (HR. Muslim no.399)
Demikianlah, doa ini banyak diamalkan oleh para sahabat Nabi, sehingga para
ulama pun banyak yang lebih menyukai untuk mengamalkan doa ini dalam shalat.
Selain itu doa ini cukup singkat dan sangat tepat bagi imam yang mengimami
banyak orang yang kondisinya lemah, semisal anak-anak dan orang tua.
Bacaan Selanjutnya: Fatwa Ulama: Menggabung Beberapa Dzikir
Keenam
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ،
وَلَا إِلَهَ غَيْرَكَ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
٣×
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا
٣×
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu. Nama-Mu
penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah selain Engkau,
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah (3x), Allah Maha Besar (3x)”
(HR.Abu Daud 1/124, dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)
Ketujuh
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ
بُكْرَةً وَأَصِيلًا
“Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiallahu’anhu, ia berkata:
بينما نحن نصلي مع رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إذ قال رجل من
القوم: … فذكره. فقال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” عجبت لها!
فتحت لها أبواب السماء “. قال ابن عمر: فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يقول ذلك
“Ketika kami shalat bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, ada
seorang lelaki yang berdoa istiftah: (lalu disebutkan doa di atas). Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam lalu bersabda: ‘Aku heran, dibukakan baginya
pintu-pintu langit‘. Ibnu Umar pun berkata:’Aku tidak pernah meninggalkan doa
ini sejak beliau berkata demikian’”.
Kedelapan
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, pujian yang terbaik dan
pujian yang penuh keberkahan di dalamnya” (HR. Muslim 2/99).
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu’anhu, ketika ada
seorang lelaki yang membaca doa istiftah tersebut, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
لقد رأيت اثني عشر ملكاً يبتدرونها ؛ أيهم يرفعها
“Aku melihat dua belas malaikat bersegera menuju kepadanya. Mereka saling
berlomba untuk mengangkat doa itu (kepada Allah Ta’ala)”
Bacaan Selanjunya: Shalat, Sebab Penggugur Dosa
Kesembilan
اللَّهُمَّ لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
وَلَكَ الحَمْدُ لَكَ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ
الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ
أَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ الحَقُّ وَوَعْدُكَ
الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ
حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ،
وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ
تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ،
فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ،
أَنْتَ المُقَدِّمُ، وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
“Ya Allah, segala puji bagi Engkau. Engkau pemelihara langit dan bumi serta
orang-orang yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau memiliki
kerajaan langit, bumi dan siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi
Engkau. Engkau adalah cahaya bagi langit, bumi dan siapa saja yang berada di
dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkau Raja langit dan bumi dan Raja bagi
siapa saja yang berada di dalamnya. Segala puji bagi Engkau. Engkaulah Al Haq.
Janji-Mu pasti benar, firman-Mu pasti benar, pertemuan dengan-Mu pasti benar,
firman-Mu pasti benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, para
nabi itu membawa kebenaran, dan Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam itu membawa
kebenaran, hari kiamat itu benar adanya. Ya Allah, kepada-Mu lah aku berserah
diri.Kepada-Mu lah aku beriman. Kepada-Mu lah aku bertawakal. Kepada-Mu lah aku
bertaubat. Kepada-Mu lah aku mengadu. Dan kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah
dosa-dosaku. Baik yang telah aku lakukan maupun yang belum aku lakukan. Baik apa
yang aku sembunyikan maupun yang aku nyatakan. Engkaulah Al Muqaddim dan Al
Muakhir. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau” (HR. Bukhari 2/3, 2/4,
11/99, 13/366 – 367, 13/399, Muslim 2/184)
Doa istiftah ini sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika
shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Kesepuluh
اللهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ
بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ
فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ
مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan
bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara
hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku
kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau
memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau
kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam
ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan
shalat yang lain.
Bacaan Selanjutnya: Shalat Menjadi Kesenangan Hati
Kesebelas
“Allah Maha Besar” 10x
|
الله اكبر
١٠x
|
“Segala pujian
bagi Allah” 10x
|
الحمد لله
١٠x
|
“Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah” 10x
|
لا اله الا الله
١٠x
|
“Aku memohon ampun kepada Allah” 10x
|
١٠x استغفر الله
|
“Ya Allah, ampunilah aku, berilah aku petunjuk,
berilah aku rizki, dan
berilah aku kesehatan” 10x
|
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ،وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي وَعَافِنِي
١٠x
|
“Ya Allah, aku berlindung dari kesempitan di hari kiamat” 10x
|
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ
١٠x
|
(HR. Ahmad 6/143, Ath Thabrani dalam Al Ausath 62/2. Dihasankan Al Albani
dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/267)
Kedua Belas
اللَّهُ أَكْبَرُ [ثلاثاً] ، ذُو الْمَلَكُوتِ، وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ
وَالْعَظَمَةِ
“Allah Maha Besar” 3x
“Yang memiliki kerajaan besar, kekuasaan, kebesaran, dan keagungan” (HR. Ath
Thayalisi 56, Al Baihaqi 2/121 – 122)
Bacaan Selanjutnya: Menuju Kesempurnaan Ibadah Shalat
Adab Membaca Doa Istiftah
Beberapa adab membaca doa istiftah dijelaskan oleh Imam An Nawawi dalam kitab Al
Adzkar (1/107) :
Disunnahkan menggabung beberapa doa istiftah, dalam shalat yang sendirian.
Atau juga bagi imam, bila diizinkan oleh makmum. Jika makmum tidak mengizinkan,
maka jangan membaca doa yang terlalu panjang. Bahkan sebaiknya membaca yang
singkat. Imam An Nawawi nampaknya mengisyaratkan hadits:
إذا أم أحدكم الناس فليخفف . فإن فيهم الصغير والكبير والضعيف والمريض . فإذا صلى
وحده فليصل كيف شاء
“Jika seseorang menjadi imam, hendaknya ia ringankan shalatnya. Karena di
barisan makmum terdapat anak kecil, orang tua, orang lemah, orang sakit. Adapun
jika shalat sendirian, barulah shalat sesuai keinginannya” (HR.Muslim 467)
Jika datang sebagai makmum masbuk, tetap membaca doa istiftah. Kecuali jika
sudah akan segera ruku’, dan khawatir tidak sempat membaca Al Fatihah. Jika
demikian keadaannya, sebaiknya tidak perlu membaca istiftah, namun berusaha
menyelesaikan membaca Al Fatihah. Karena membaca Al Fatihah itu rukun shalat.
Jika mendapati imam tidak sedang berdiri, misalnya sedang rukuk, atau duduk di
antara dua sujud atau sedang sujud, maka makmum langsung mengikuti posisi imam
dan membaca sebagaimana yang dibaca imam. Tidak perlu membaca doa istiftah
ketika itu.
Para ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat mengenai anjuran membaca doa istiftah
ketika shalat jenazah. Menurut An Nawawi, yang lebih tepat adalah tidak perlu
membacanya, karena shalat jenazah itu sudah selayaknya ringan.
Membaca doa istiftah itu hukumnya sunnah, tidak wajib. Jika seseorang
meninggalkannya, tidak perlu sujud sahwi.
Yang sesuai sunnah, doa istiftah dibaca dengan sirr (lirih). Jika dibaca dengan
jahr (keras) hukumnya makruh, namun tidak membatalkan shalat.
Demikian tulisan ringkas ini. Semoga bermanfaat.
والحمد لله رب العالمين، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Posting Berikutnya; Rukun-Rukun Shalat
— Semoga bermanfaat Artikel ini
Disalin dari Sumber; Artikel muslim.or.id
Penulis Salinan; Rachmat.M.Flimban