Tampilkan postingan dengan label kes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kes. Tampilkan semua postingan

24 April, 2022

Kesehatan Vitamin B12

Vitamin B1-12

VITAMIN B12-Alodokter

Kesehatan Vitamin B12

Vitamin B12 (cyanocobalamin) adalah vitamin yang bermanfaat untuk pembentukan sel darah merah yang sehat, mengoptimalkan fungsi saraf, menghasilkan energi, serta menjaga kesehatan kulit dan rambut.

Vitamin B12 terkandung secara alami di dalam makanan dan tersedia juga dalam bentuk suplemen tambahan. Sumber vitamin B12 alami antara lain ikan, kerang, daging, hati, telur, susu, yoghurt, dan keju. Selain itu, vitamin B12 juga dapat diperoleh dari sereal yang sudah difortifikasi atau diperkaya dengan vitamin ini.

Pada umumnya, kebutuhan vitamin B12 harian dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan atau minuman yang disebutkan di atas. Namun, orang yang menderita penyakit Crohn, Celiac, kanker, infeksi HIV, atau malnutrisi dapat kekurangan vitamin B12 sehingga memerlukan asupan suplemen.

Selain itu, kekurangan vitamin B12 juga dapat terjadi pada wanita hamil, lansia, orang yang mengonsumsi banyak minuman beralkohol, orang yang menjalani operasi pengangkatan lambung atau usus halus, dan vegetarian.

Merek dagang vitamin B12: Blackmores Executive B, Becombion Syrup, Betominplex, Enervita B Complex Plus, Havit B12, Jamieson B Complex, Nature's Plus Vitamin B-12, Nutrimax B Complex, Ramvit Vitamin B12, Sanvita-B Plus, Synplus B Complex, Seles B12, Ultra Vit B Complex, Vitamin B12, Vitamin B12 IPI, Vitamin B Complex + B12, Wellness Mega B Complex, Mersibion, Neurobion 5000, Neurosanbe.

Apa Itu Vitamin B12  
Golongan Obat bebas dan resep
Kategori Suplemen vitamin
Manfaat Mengobati defisiensi vitamin B12, terutama pada penderita anemia pernisiosa
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
  Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Vitamin B12 untuk ibu hamil dan menyusui Suplemen hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Vitamin B12 dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan mengonsumsi suplemen ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Bentuk obat Tablet, tablet kunyah, tablet larut (effervescent), kapsul lunak, sirop, cairan suntik
Peringatan Sebelum Mengonsumsi Vitamin B12

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan suplemen vitamin B12 atau cyanocobalamin, yaitu:

  • Jangan mengonsumsi suplemen ini jika Anda alergi terhadap vitamin B12 atau cobalt. Selalu beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki sebelum mengonsumsi suplemen apapun.
  • Jangan mengonsumsi suplemen vitamin B12 jika Anda menderita penyakit Leber karena berisiko menyebabkan kerusakan saraf mata hingga kebutaan.
  • Konsultasikan dengan dokter perihal penggunaan suplemen vitamin B12 jika Anda pernah atau sedang menderita anemia defisiensi besi, kekurangan kalium (hipokalemia), kekurangan kalsium, atau kekurangan asam folat.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit ginjal, penyakit jantung, stroke, diabetes, asam urat, atau kelainan darah, seperti hemofilia dan polisitemia vera.
  • Beri tahu dokter jika Anda menderita anemia pernisiosa atau gangguan sistem pencernaan, seperti radang usus, divertikulitis, atau insufisiensi pankreas.
  • Beri tahu dokter jika Anda pernah atau baru saja menjalani operasi pada lambung atau usus, seperti gastric bypass atau pemotongan usus.
  • Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi suplemen vitamin B12.

Dosis dan Aturan Pakai Vitamin B12

Berikut adalah kondisi yang membutuhkan asupan vitamin B12 dan pembagian dosisnya:

Kondisi: Anemia pernisiosa

  • Dewasa: 2.000 mcg per hari.
  • Anak-anak: 000 mcg per hari atau tiap 2 minggu sekali.

Kondisi: Anemia megaloblastik

  • Dewasa: 50–150 mcg per hari.

Kondisi: Kekurangan vitamin B12

  • Dewasa: 25–2000 mcg per hari.
  • Anak-anak: 0,5–3 mcg per hari.

Kebutuhan Harian dan Batas Asupan Vitamin B12

Kebutuhan vitamin B12 dapat dipenuhi melalui makanan, suplemen, atau gabungan keduanya. Berikut adalah rincian jumlah vitamin B12 yang dibutuhkan per hari berdasarkan AKG:

Usia

Kebutuhan (mcg/hari)

0–6 bulan

0,4

7–12 bulan

0,5

1–3 tahun

0,9

4–8 tahun

1,2

9–13 tahun

1,8

14 tahun ke atas

2,4

Ibu hamil dan menyusui membutuhkan lebih banyak asupan vitamin B12 per harinya. Angka kebutuhan gizi (AKG) vitamin B12 untuk ibu hamil adalah 2,6 mcg per hari, sedangkan ibu menyusui 2,8 mcg per hari.

Belum ada batas asupan maksimal vitamin B12, karena tingkat toksisitasnya rendah dan asupan vitamin B12 yang berlebih dapat dikeluarkan melalui urine.

Cara Menggunakan Vitamin B12 dengan Benar

Suplemen vitamin dan mineral dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral harian tubuh, terutama ketika asupan vitamin dan mineral dari makanan saja tidak cukup. Penting untuk diingat bahwa suplemen hanya digunakan sebagai pelengkap, bukan sebagai pengganti nutrisi dari makanan.

Konsumsilah suplemen vitamin B12 sesuai anjuran dokter atau petunjuk yang tertera pada kemasan. Bila perlu, diskusikan dengan dokter untuk mengetahui dosis yang tepat sesuai kondisi Anda. Jangan melebihi dosis yang dianjurkan guna menghindari efek samping.

Suplemen vitamin B12 sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan perut kosong, kira-kira 1–2 jam sebelum atau sesudah makan. Telan tablet atau kapsul vitamin B12 secara utuh dengan segelas air putih. Jangan membelah, mengunyah, atau menggerus suplemen.

Sementara itu, vitamin B12 dalam bentuk tablet kunyah tidak boleh ditelan secara langsung, tetapi harus dikunyah sampai benar-benar larut. Untuk vitamin B12 tablet larut (effervescent), larutkan 1 tablet dengan segelas air putih dan tunggu sampai benar-benar larut sebelum diminum.

Vitamin B12 dalam bentuk sirop dikonsumsi dengan menggunakan sendok takar yang disertakan di dalam kemasan. Jangan menggunakan sendok makan biasa karena dosisnya akan berbeda.

Jika lupa mengonsumsi suplemen vitamin B12, segera lakukan jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Simpan tablet atau kapsul vitamin B12 dalam wadah tertutup di ruangan dengan suhu yang sejuk. Hindarkan suplemen ini dari paparan sinar matahari langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.

Pada beberapa kasus, vitamin B12 akan lebih efektif jika diberikan secara parenteral, yaitu melalui suntikan atau infus. Penentuan dosis dan pemberian vitamin B12 parenteral dilakukan oleh dokter atau tenaga medis di bawah pengawasan dokter.

Interaksi Vitamin B12 dengan Obat Lain Suplemen vitamin B12 yang dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan tertentu dapat menimbulkan efek interaksi, seperti:

  • Penurunan efektivitas cyanocobalamin dalam mengobati anemia jika dikonsumsi bersama kloramfenikol
  • Penurunan penyerapan vitamin B12, jika dikonsumsi bersama colchicine, metformin, suplemen vitamin C, obat dan suplemen yang mengandung kalium, antibiotik golongan aminoglikosida, obat antikejang, atau obat untuk mengatasi gangguan lambung, seperti omeprazole dan ranitidine

Selain obat-obatan, konsumsi minuman beralkohol juga dapat menurunkan kadar vitamin B12 di dalam tubuh.

Efek Samping dan Bahaya Vitamin B12

Pada beberapa kasus, vitamin B12 dosis tinggi mungkin dapat menyebabkan efek samping berikut:

  • Mual dan muntah
  • Sakit kepala
  • Kesemutan di tangan dan kaki
  • Lelah atau lemas
  • Diare

Periksakan diri ke dokter jika efek samping di atas tidak kunjung reda atau justru semakin memburuk. Segera ke dokter bila muncul reaksi alergi atau efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Pusing dan merasa ingin pingsan
  • Sulit menelan
  • Nyeri dada
  • Kulit pucat, bibir atau jari kebiruan
  • Nyeri mata atau gangguan penglihatan
  • Mudah memar atau mengalami perdarahan, seperti mimisan atau gusi berdarah
  • Rendahnya kadar kalium, yang biasanya ditandai dengan sembelit, gangguan irama jantung, dan peningkatan frekuensi buang air kecil
  • Gangguan kerja jantung, yang ditandai dengan sesak napas, pembengkakan bagian tubuh, dan kenaikan berat badan yang cepat
  • Penggumpalan darah di lengan atau tungkai, yang ditandai dengan nyeri, mati rasa, pucat

Lihat lebih lanjut mengenai:

Terakhir diperbarui: 23 Januari 2022

Ditinjau oleh: dr. Meva Nareza

Vitamin B12 - Manfaat, dosis dan efek samping - Alodokterhttps://www.alodokter.com › vitamin-b12

Disalin dari; Sumber - Alodokterhttps://www.alodokter.com › vitamin-b12

Referensi Klik Buka; Penulis salinan; Rachmat.Flimban


 

Malefora, A., et al. (2021). Vitamin B12 Status in Health and Disease: a Critical Review. Diagnosis of Deficiency and Insufficiency – Clinical and Laboratory Pitfalls. Critical Review in Clinical Laboratory Sciences, 58(6), pp. 399-429.

Sahni, P. (2021). The Screening and Treatment of Vitamin B12 Deficiency. International Healthcare Research Journal, 5(4), pp. RV1-RV5.

Lederer, K., et al. (2019). Vitamin B12 Status Upon Short-Term Intervention with a Vegan Diet-A Randomized Controlled Trial in Healthy Participants. Nutrients, 11(11), 2815.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (2021). Vitamin B12.

National Institute of Health (2021). Office of Dietary Supplements. Vitamin B12.

National Cancer Institute (2021). NCI Dictionaries. Cobalamin.

Mayo Clinic (2021). Drugs & Supplements. Vitamin B-12.

Mount Sinai (2021). Vitamin B12 (Cyanocobalamin).

Everyday Health (2020). Multivitamin and Minerals (Oral).

Kubala, J. Healthline (2018). How Much Vitamin B12 is Too Much?

MIMS Indonesia (2021). Cyanocobalamin.

Multum, C. Drugs (2021). Cyanocobalamin.

Multum, C. Drugs (2021). Drug Interactions between Chloramphenicol and Vitamin B12.

Multum, C. Everyday Health (2020). Vitamin B-12 (Cyanocobalamin (Injection))

Stines, Y. Verywell Health (2021). What Is Vitamin B12?

WebMD (2021). Vitamin B-12.

Disalin dari; Sumber Artikel- Alodokterhttps://www.alodokter.com › vitamin-b12

 

29 Agustus, 2021

Malas Melakukan Ketaatan Tanda Penyakit Nifaq

Tazkiyatun Nufus
Malas Melakukan Ketaatan Tanda Penyakit Nifaq

Tazkiyatun Nufus

Malas Melakukan Ketaatan Tanda Penyakit Nifaq

Ketika Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang munafik, dimana orang-orang munafik ingin keluar berperang bersama Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam.
Akan tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka di medan perang. Maka Allah pun jadikan mereka berat hati untuk berangkat ke medan perang. Lalu dikatakan kepada mereka: “duduklah bersama orang-orang yang duduk”.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu”” (QS. At Taubah: 46).
Tentu ini menjadi sebuah renungan buat kita. Kenapa demikian? Karena ketika seseorang dijadikan hatinya berat untuk melakukan sebuah ketaatan, berarti di dalam hatinya ada kemunafikan. Orang-orang munafik berat untuk mengamalkan ketaatan demi ketaatan.
Seperti yang Allah sebutkan dalam ayat ini, Allah jadikan orang-orang munafik berat untuk melakukan suatu ketaatan yaitu jihad fi sabilillah. Orang munafik juga berat untuk pergi ke masjid melaksanakan shalat berjamaah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Shalat yang paling berat untuk orang munafik adalah shalat isya dan shalat fajar” (HR. Ibnu Majah no.656, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).
Bahkan orang munafik menganggap bahwa semua shalat berjamaah itu berat, akan tetapi yang paling berat adalah shalat isya dan shalat fajar. Dijadikan hati mereka berat untuk mengamalkan ketaatan demi ketaatan.
Sekali lagi ini menjadi renungan buat kita, apakah selama ini kita dijadikan berat untuk mengamalkan ketaatan demi ketaatan?
Apakah kita ini dijadikan malas untuk mengamalkan ketaatan demi ketaatan?
Inilah tentunya yang kita khawatirkan wahai saudaraku…Kita tentu tidak ingin kita termasuk orang-orang yang tidak diinginkan Allah untuk berbuat kebaikan, lalu Allah jadikan hati kita berat untuk mengamalkan kebaikan, akhirnya kita pun menjadi orang-orang yang terhempas oleh penyakit kemunafikan. Subhaanallah…
Oleh karena itu tidak ada jalan lain kecuali kita terus berusaha menjadikan hati kita bersemangat untuk melakukan ketaatan.
Bagaimana caranya?
Pertama, kita berdoa kepada Allah agar memberikan kepada kita semangat dalam keataatan.
Diantara doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : /allahumma inni as-aluka fi’lal khoiroot wa tarkal mungkaroot wa hubbal masaakin wa an taghfiro lii wa tarhama nii wa tatuuba ‘alaiyya/ (Ya Allah aku minta kepada engkau, agar aku bisa melakukan kebaikan, dan agar aku bisa meninggalkan kemaksiatan, dan berikan aku rasa cinta kepada orang-orang miskin, dan semoga Engkau mengampuni aku, merahmati aku dan menerima taubatku). (HR. At Tirmidzi no. 3235, ia berkata: “hasan shahih”).
Seorang mukmin dia tidak ingin mendapati dirinya malas melakukan ketaatan. Maka ia pun minta kepada Allah agar ditolong dalam melakukan ketaatan.
Kedua, kemudian seorang mukmin juga berusaha mengambil sebab-sebab yang membuatnya bersemangat dalam ketaatan. Misalnya dengan membaca mengenai keutamaan amalan-amalan, yaitu bagaimana Allah akan memberikan pahala yang besar yang berupa kebahagiaan di akhirat, bagaimana Allah menyediakan pahala yang besar berupa surga, sehingga ketika membaca hal itu seorang mukmin menjadi bersemangat untuk beramal shalih.
Ketiga, seorang mukmin juga berusaha agar ia tetap bersemangat ketika sedang melaksanakan ketaatan tersebut. Ia berusaha untuk berteman dengan orang-orang shalih. Ia berusaha untuk senantiasa menjadi orang yang kuat dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah Ta’ala dengan bertemankan orang-orang shalih. Ketika ia melihat teman-teman shalihnya tersebut berlomba-lomba dalam kebaikan, maka akan ada dorongan dalam hati kita untuk juga ikut berlomba-lomba bersama mereka dalam kebaikan. Itulah teman yang shalih, teman yang shalih memberikan kita kekuatan dalam Islam wahai akhol Islaam.
Allah menjadikan hati seseorang berat melakukan ketaatan bisa dikarena maksiat yang ada di dalam hatinya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ketika menyebutkan beberapa akibat buruk dari dosa beliau menyebutkan di antaranya adalah dosa menjadikan hamba berat melakukan ketaatan. Sehingga dosa itu menjadikan dia malas beramal shalih, menjadikan hatinya hitam kelam, akhirnya cahaya iman yang memberikan semangat berbuat ketaatan akan redup sedikit-demi-sedikit.
Demikian pula orang munafik, akibat dosa-dosa yang ada dalam hati mereka, berupa keraguan kepada Allah dan Rasul-Nya, akhirnya Allah jadikan mereka berat melakukan ketaatan demi ketaatan. Allah jadikan mereka berat hatinya untuk mengamalkan kebaikan. Karena itu wahai saudaraku, mari kita tinggalkan maksiat, segera kita tinggalkan maksiat. Karena maksiat menjadikan hati kita berat untuk mengamalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, seringkali membuat ia tidak mampu untuk shalat tahajud, berat hatinya untuk bangun di waktu malam. Seseorang akibat perbuatan maksiatnya, lisannya kelu untuk berdzikir kepada Allah.
Bahkan hatinya tak merasakan lagi kenikmatan di saat ia mengucapkan “Subhaanallah, walhamdulillah, laailaaha illallah, allahu akbar”.
Hatinya tak bergetar ketika disebutkan ayat-ayat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Padahal ciri seorang mukmin disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal” (QS. Al Anfal: 2).
Tapi akibat maksiat, ketika kita menyebut nama Allah, hati kita tidak merasakan takut kepada Allah. Akibat maksiat, ketika mendengar ayat-ayat Allah bertambahlah keimanan kita. Bahkan terkadang kita merasa gersang ketika mendengarkan ayat-ayatnya. Kita khawatir termasuk orang-orang yang tidak diinginkan oleh Allah untuk berbuat kebaikan.
Wallahi ayat ini membuat kita merinding dan takut sekali. Maka jangan sampai kita termasuk orang-orang yang tidak diinginkan oleh Allah untuk berbuat kebaikan.
Padahal diantara tanda bahwa seseorang itu diinginkan oleh Allah kebaikan padanya adalah dijadikan ia semangat berbuat ketaatan.
Ia pun semangat untuk menuntut ilmu Allah sebagai sumber dari amalan shalih. Bukankah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan padanya, Allah jadikan ia faqih dalam agama” (HR. Bukhari – Muslim).
Kata Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, berarti orang yang tidak diinginkan kebaikan oleh Allah dalam agama tandanya adalah ia malas untuk menuntut ilmu agama, dijadikan hatinya berat. Sehingga untuk berjalan kaki menuju ke majelis-majelis ilmu, ia merasa berat hatinya.
Maka akhol Islam, kita mohon kepada Allah agar Allah memberikan kita kekuatan untuk senantiasa berbuat ketaatan, kita memohon kepada Allah agar termasuk orang-orang yang semangat berlomba-lomba dalam kebaikan.
***
Ust. Badrusalam Lc. dari ceramah berjudul “Bagaimanakah Ketaatan Kita Kepada Allah?” di Yufid.tv
Menukil Dari Sumber Artikel Muslim.or.id, Penulis Rachmat.M.Flimban

PENYAKIT YANG PALING BERBAHAYA

NASEHAT ULAM TAZKIYATUN NUFUS
PENYAKIT YANG PALING BERBAHAYA


... Wong Jeddah Group...

NASEHAT ULAMA TAZKIYATUN NUFUS

Penyakit yang Paling Berbahaya

Terdapat dua jenis penyakit dalam diri seorang manusia.

Pertama adalah penyakit hati dan kedua adalah penyakit badan.

Keduanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Adapun penyakit hati, terbagi lagi dua jenis, yaitu

(1) penyakit syubhat (pemahaman dan pemikiran yang menyimpang) dan keragu-raguan; serta

(2) penyakit syahwat (keinginan-keinginan yang terlarang).

Contoh-contoh ayat tentang penyakit syubhat Dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala banyak menyebutkan tentang kedua jenis penyakit ini.

Lalu, bagaimana cara membedakannya, penyakit manakah yang Allah Ta’ala maksudkan dalam konteks ayat tertentu?

Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bagaimanakah cara membedakan keduanya.

Jika konteks sebuah ayat itu berbicara tentang celaan kepada orang-orang munafik dan orang-orang yang menyimpang dalam perkara agama, maka penyakit yang dimaksud adalah penyakit syubhat dan keragu-raguan.

Namun jika konteks ayat itu menyebutkan tentang maksiat atau kecondongan hati untuk berbuat maksiat, maka yang dimaksud adalah penyakit syahwat. (Lihat Al-Qawa’idul hisan, kaidah ke-33)

Adapun contoh penyakit syubhat dan keragu-raguan adalah firman Allah Ta’ala tentang orang-orang yang diseru untuk berhukum kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah namun mereka berpaling. Allah Ta’ala berfirman,

 وَإِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ مُعْرِضُونَ ؛ وَإِنْ يَكُنْ لَهُمُ الْحَقُّ يَأْتُوا إِلَيْهِ مُذْعِنِينَ ؛ أَفِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَمِ ارْتَابُوا أَمْ يَخَافُونَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَرَسُولُهُ بَلْ أُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

”Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang. Tetapi jika keputusan itu untuk (kemaslahatan) mereka, mereka datang kepada Rasul dengan patuh. Apakah (ketidak-datangan mereka itu karena) dalam hati mereka ada penyakit, atau (karena) mereka ragu-ragu ataukah (karena) takut kalau-kalau Allah dan rasul-Nya berlaku zalim kepada mereka?

Sebenarnya, mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. An-Nuur [24]: 48-50) Juga firman Allah Ta’ala tentang orang-orang munafik, فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ “Di dalam hati mereka ada penyakit.” (QS. Al-Baqarah [2]: 10) Yaitu, penyakit keraguan-raguan dan syubhat sehingga mereka menentang risalah yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian sebagai hukumannya, Allah pun menambahkan penyakit ke dalam hati mereka disebabkan oleh perbuatan mereka tersebut,

 فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Lalu Allah tambah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah [2]: 10)

Semakna dengan ayat di atas adalah firman Allah Ta’ala,

 وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ

“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah [9]: 125)

Demikian juga dengan firman Allah Ta’ala,

 لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ

“Agar dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat.” (QS. Al-Hajj [22]: 53)

Penyakit jenis ini disebabkan oleh kurangnya ilmu agama, kurangnya keyakinan dalam hati, dan kurangnya keinginan untuk meraih apa yang Allah Ta’ala cintai dan apa yang Allah Ta’ala ridai.

Hati yang sehat adalah hati yang mengenal kebenaran kemudian mengikutinya; juga mengenal kebatilan kemudian menjauhinya.

Baca Juga: Mengenal Penyakit Ain, Pencegahannya dan Pengobatannya Contoh-contoh ayat tentang penyakit syahwat Adapun penyakit syahwat, maka Allah Ta’ala berfirman,

 يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَعْرُوفًا

”Wahai istri-istri nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab [33]: 32) Yang dimaksud penyakit dalam ayat tersebut adalah penyakit syahwat untuk berzina. (Lihat Zaadul Ma’aad, 4: 3) Siapa saja yang memiliki keinginan dan kecenderungan untuk berbuat maksiat, maka ketahuilah bahwa di dalam dirinya terdapat penyakit syahwat. Karena seandainya hatinya sehat, maka pasti dirinya akan condong untuk beramal saleh, condong menuju ketakwaan dan kesucian jiwa. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sifatkan dalam firman-Nya,

 وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ ؛ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَنِعْمَةً

“Tetapi Allah menjadikan kamu ‘cinta’ kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus. Sebagai karunia dan nikmat dari Allah.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 7-8)

Baca Juga: Malas Melakukan Ketaatan Tanda Penyakit Nifaq Manakah yang lebih berbahaya, penyakit hati atau penyakit badan?

Salah satu bentuk penyakit hati yang melanda umat Islam saat ini adalah penyakit kronis kesyirikan.

Penyakit ini menyerang hati manusia, dimana hati bergantung, cinta, takut, berharap, dan bertawakkal kepada selain Allah Ta’ala.

Penyakit ini sangat berbahaya, lebih berbahaya daripada penyakit kanker yang paling ganas.

Sehingga pada zaman sekarang ini, di mana kesyirikan tersebar sampai ke pelosok-pelosok negeri, diiklankan di koran-koran dan televisi, sebetulnya lebih dibutuhkan seorang “dokter” yang mengobati penyakit ini dibandingkan dengan “dokter” yang mengobati penyakit-penyakit badan.

Sungguh, orang yang meninggal karena kanker dalam keadaan mengenal dan mengamalkan tauhid serta menjauhi lawannya (yaitu syirik) itu lebih baik dan mulia daripada orang sehat namun berbuat kesyirikan dan tidak bertaubat sampai meninggal di hari tuanya.

Lalu bagaimana lagi dengan keadaan orang sakit yang berbuat kesyirikan sampai matinya?

Penyakit yang menimpa badan dan jasad, penderitaan yang paling puncak adalah sekedar kematian. Namun apabila penyakit tersebut menimpa agama seseorang, di mana dia berbuat kesyirikan, maka ia akan terancam untuk mendapatkan hukuman penderitaan yang abadi, yaitu kekal di neraka.

Wal ‘iyadhu billah!

Dan tidak ada obat untuk mencegah penyakit tersebut kecuali seseorang harus mempelajari tauhid dan mengenal lawannya, yaitu syirik dengan segala perinciannya.

Jangan sampai karena kebodohan kita, kita terjerumus dalam kesyirikan tanpa kita sadari. Oleh karena itu, jelaslah bahwa ilmu tauhid merupakan ilmu yang sangat penting, lebih penting daripada kebutuhan kita terhadap makanan dan minuman untuk menjaga kesehatan badan kita dari penyakit.

Sebagaimana kata Imam Ahmad rahimahullahu Ta’ala,

 النَّاسُ إِلَى الْعِلْمِ أَحْوَجُ مِنْهُمْ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ. لِأَنَّ الرَّجُلَ يَحْتَاجُ إِلَى الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ فِي الْيَوْمِ مَرَّةً أَوْ مَرَّتَيْنِ. وَحَاجَتُهُ إِلَى الْعِلْمِ بِعَدَدِ أَنْفَاسِهِ

“Kebutuhan manusia terhadap ilmu itu melebihi kebutuhannya terhadap makan dan minum. Yang demikian itu karena seseorang membutuhkan makanan dan minuman sekali atau dua kali (dalam sehari). Adapun kebutuhannya terhadap ilmu itu sebanyak tarikan nafasnya.”

(Kaifa tatahammasu li thalabil ‘ilmi syar’i, hal. 42)

 ***

 @Rumah Lendah, 29 Rabi’ul awwal 1440/ 7 Desember 2018 Penulis: M. Saifudin Hakim Artikel: Muslim.or.id Referensi: Disarikan dari kitab Al-Qawa’idul hisaan al-muta’alliqati bi tafsiir Al-Qur’an, karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di rahimahullahu Ta’ala, hal. 134-135 (kaidah ke-31), penerbit Daar Thaybah Suriah, cetakan pertama tahun 1434.

Sumber: https://muslim.or.id/44783-penyakit-yang-paling-berbahaya.html

Penulis Salinan; Rachmat.M.Flimban

28 Agustus, 2021

Mengenal Penyakit Ain, Pencegahannya dan Pengobatannya

KESEHATAN


KESEHATAN

Mengenal Penyakit Ain, Pencegahannya dan Pengobatannya

Yulian Purnama, S.Kom.

Daftar Isi

1. Apakah penyakit ‘ain itu?

2. Penyakit ‘ain benar adanya!

3. Sebab terjadinya penyakit ‘ain

4. Ain bisa terjadi pada benda mati

5. Cara mencegah agar pandangan kita tidak menimbulkan penyakit ‘ain

6. Cara agar kita tidak terkena ‘ain

7. Cara mengobati penyakit ‘ain

Apakah penyakit ‘ain itu?

‘Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata. Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:

إصابة العائن غيرَه بعينه

“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69).

Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:

مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين

“‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Gangguan dari ‘ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian.

Penyakit ‘ain benar adanya!

Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya: “Ah, mana mungkin sekedar memandang akan menimbulkan penyakit?!”, “bagaimana bisa sekedar pandangan membuat seseorang mati?”. Atau bahkan sebagian orang mengingkari adanya ‘ain karena tidak masuk akal. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

العين حق، ولو كان شيء سابق القدر سبقته العين

“Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَأْمُرُنِي أَنْ أَسْتَرْقِيَ مِنَ العَيْنِ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ

“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).

Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.

Baca Juga: Penyakit yang Paling Berbahaya

Sebab terjadinya penyakit ‘ain
‘Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:

وقد أمر الله نبيَّه محمَّداً صلى الله عليه وسلم بالاستعاذة من الحاسد ، فقال تعالى : ومن شر حاسد إذا حسد ، فكل عائن حاسد وليس كل حاسد عائنا

“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu Umamah bin Sahl, ia berkata:

اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ

“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [6/149]).

Dalam hadits ini ‘Amir bin Rabi’ah memandang Sahl bin Hunaif dengan penuh kekaguman, sehingga menyebabkan Sahl terkena ‘ain.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: اللهم بارك عليه

“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118).

Ain bisa terjadi pada benda mati
Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadits, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:

اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي

“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud no.5074, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “masyaAllah, laa quwwata illaa billah”. Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS. Al Kahfi: 39).

Para ulama menjadikan ayat ini dalil bahwa harta bisa terkena ain dan boleh diruqyah ketika terkena ‘ain. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:

قال بعض السلف: من أعجبه شيء من حاله، أو ماله، أو ولده فليقل: ما شاء لا قوة إلا بالله ـ وهذا مأخوذ من هذه الآية الكريمة

“Sebagian salaf mengatakan: orang yang kagum pada keadaannya atau hartanya atau pada anaknya, hendaknya ucapkan maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah. Ini diambil dari ayat yang mulia ini” (Tafsir Ibnu Katsir).

Baca Juga: Inilah Dahsyatnya Bahaya Hasad

Cara mencegah agar pandangan kita tidak menimbulkan penyakit ‘ain
Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mencegah ‘ain ketika melihat suatu hal yang menakjubkan pada orang lain, mengucapkan:

ما شاء الله لا قوة إلا بالله

/laa haula walaa quwwata illa billah/

Namun pendapat ini tidak memiliki dasar yang kuat.

Dari sisi orang yang memandang, hadits-hadits menunjukkan bahwa untuk mencegah ‘ain adalah dengan tabriik (mendoakan keberkahan), misalnya mengucapkan: “baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu) atau “baarakallahu laka” (semoga Allah memberkahimu).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إذا رأى أحدكم من نفسه و أخيه ما يعجبه فليدع بالبركة فإن العين حق

“jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya” (QS. An Nasa-i no. 10872, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i).

Dan yang paling penting agar tidak menimbulkan penyakit ‘ain pada diri orang lain adalah menghilangkan rasa hasad kepada orang lain. Karena hasad itu tercela. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تَباغضوا ، و لا تَقاطعوا ، و لا تَدابَروا ، و لا تَحاسَدُوا ، و كونوا عبادَ اللهِ إخوانًا

“Janganlah kalian saling membenci, saling memutus hubungan, saling menjauh, saling hasad. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari no. 6076, Muslim no.2559).

Dan hasad kepada nikmat yang didapatkan orang lain, berarti tidak ridha kepada keputusan Allah dan pembagian rezeki oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An Nisa’: 32).

Cara agar kita tidak terkena ‘ain
Hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit ‘ain adalah menghindari sikap suka pamer, dan berhias diri dengan sifat tawadhu‘.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865).

Sebisa mungkin hindari menyebut-nyebut kekayaan, kesuksesan usaha, kebahagiaan keluarga, juga memamerkan foto anak, foto diri, foto istri/suami, dan hal-hal lain yang bisa menimbulkan iri-dengki dari orang yang melihatnya. Atau juga yang bisa menyebabkan kekaguman berlebihan dari orang yang melihatnya. Karena pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain, sebagaimana sudah disebutkan.

Kemudian di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain adalah dengan menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan) yang disyariatkan.

Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30).

Allah Ta’ala juga berfirman:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du: 28)

Rutinkan dzikir-dzikir pagi dan sore, serta dzikir-dzikir harian seperti dzikir keluar/masuk rumah, dzikir keluar/masuk kamar mandi, dzikir hendak tidur atau bangun tidur, dzikir naik kendaraan, dzikir ketika akan makan, dzikir setelah shalat, dan lainnya.

Diantara dzikir pencegah ‘ain yang bisa dibaca kepada anak-anak agar tidak terkena ‘ain adalah sebagaimana yang ada dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa:

أُعِيذُكما بكلِماتِ اللهِ التَّامَّةِ، مِن كلِّ شيطانٍ وهامَّةٍ، ومِن كلِّ عينٍ لامَّةٍ

/u’iidzukuma bikalimaatillahit taammah, min kulli syaithaanin wa haamah wa min kulli ‘ainin laamah/

“Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no. 4737, Ibnu Hibban no.1012, dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban).

Baca Juga: Pengobatan yang Menisbatkan pada Islam dan Sunnah

Cara mengobati penyakit ‘ain
Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۗ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّـهِ يَهْدِ قَلْبَهُ ۚ وَاللَّـهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).

Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّـهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ

“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).

Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3).

Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:

Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

العين حق ولو كان شيء سابق القدر لسبقته العين ، وإذا استغسلتم فاغسلوا

“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188).

Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain:

فَأَمَرَ عَامِرًا أَنْ يَتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ، وَرُكْبَتَيْهِ وَدَاخِلَةَ إِزَارِهِ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَصُبَّ عَلَيْهِ

“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no. 7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata :

كانَ يُؤمَر العائِنُ، فيتوضّأُ، ثم يَغْتَسِلُ منه المَعِينُ

“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.2522).

Ruqyah syar’iyyah
Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata
:

يا رسول الله ، إن بني جعفر تصيبهم العين ، أفنسترقي لهم ؟ ، قال : نعم ، فلو كان شيء سابق القدر لسبقته العين

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).

Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata: “Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:

باسْمِ اللهِ يُبْرِيكَ، وَمِنْ كُلِّ دَاءٍ يَشْفِيكَ، وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إذَا حَسَدَ، وَشَرِّ كُلِّ ذِي عَيْنٍ

/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/

(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).

Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah.

Demikian pemaparan singkat mengenai penyakit ‘ain. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari keburukan penyakit ‘ain. Wallahu waliyyu dzalika wal qaadiru ‘alaihi.

Baca Juga: Tanda-Tanda Terkena Gangguan Jin dan Penyakit ‘Ain

***

Penulis Sumber Artikel: Yulian Purnama

Sumber Artikel: Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/51176-penyakit-ain.html

Penulis; Rachmat.M.Flimban