Saat ini telah tersebar suatu penyakit yang dinamakan dengan Flu Babi[1]. Bagaimana aqidah seorang muslim menghadapi penyakit ini. Kita ringkas dalam poin-poin berikut:
Pertama : Bahwa penyakit ini dan yang lainnya tidak lebih dari penyakit yang merupakan sunnah kauniah rabbaniah (ketentuan alam yang Allah tetapkan).
Di dalamnya terdapat hikmah-hikmah yang tidak diketahui selain oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengannya nampaklah kekuatan Sang Pencipta yang Mahakuat dan begitu lemahnya makhluk, yang nista, tidak memiliki daya dan upaya, yang tidak dapat lepas dari Pencipta-nya barang sekejappun. Sebagaimana pula memperlihatkan antara mukmin yang sebenarnya, yang beriman dengan qodho dan qodar Allah, yang menyerahkan segala perkaranya kepada Allah dengan mereka yang kosong dari keimanan terhadap qodho dan qodar Allah dan penyerahan total kepada keputusan-Nya.
Dari hikmah yang nampak adalah bahwa penyakit merupakan bagian dari penghapus dosa bagi yang sabar dan mengharap pahala Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di dalam Shahihain dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tidaklah seorang mukmin tertimpa penyakit dan selainnya melainkan Allah hapuskan dengannya dosanya, sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.”
Di dalam Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi Ummu as-Saaib yang sedang sakit dan berkata kepadanya,
“Mengapa engkau mengerang, wahai Ummu as-Saaib?!” “Aku terkena demam yang tidak ada berkah Allah padanya.” Jawabnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
Janganlah engkau mencela demam karena ia menghapus dosa-dosa anak Adam sebagaimana panas yang merontokkan karat besi.”
Hikmah terbesar dari adanya penyakit adalah menjadi sebab dimasukkannya hamba ke dalam surga dan terselamatkan dari api neraka. Dalam Shahih Muslim Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Wahai anak Adam jika diambil kedua matamu dan kamu bersabar dan berharap pahala pada awal peristiwa, Aku tidak ridho untukmu pahala selain surga.” [Hadits Qudsi]
Diriwayatkan pula dalam Sunan Ibnu Majah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk orang yang sakit dan bersabda,
“Kabar gembira, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Itu adalah apa yang aku kuasakan kepada hambaku yang berdosa di dunia sebagai pengurang dari api neraka di akhirat.”
Siapa yang merenungkan nash-nash di atas akan hilang kegalauan dan kegundahannya. Hatinya akan dipenuhi dengan keridhaan atas takdir Allah. Dan ini lebih tinggi dari derajat sabar.
Baca Juga Penyembuhan Dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah
Kedua : Tidak boleh berlebihan dalam kepanikan dan ketakutan terhadap penyakit ini dan yang semisalnya.
Orang-orang di berbagai belahan dunia ini telah tertimpa ketakutan dan kepanikan yang sangat. Hal ini tidak semestinya terjadi pada seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Seorang muslim dengan imannya yang kuat amat yakin bahwa dia tidak akan tertimpa sesuatu selain apa yang telah Allah tentukan untuknya, sebagaimana yang telah Allah firmankan,
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” [at-Taubah/9:51]
Orang yang beriman mengetahui dengan keyakinannya bahwa dia akan mati pada waktu yang telah Allah takdirkan untuknya. Tidak bermanfaat baginya ketakutan dan lari dari kematian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” [an-Nisaa/4:78]
Yang wajib adalah tidak takut dengan kematian tetapi mempersiapkan diri dengan amal-amal saleh sehingga beruntung pada hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Ketiga : Yang wajib bagi seorang muslim adalah mengupayakan sebab-sebab untuk membentengi diri dari penyakit ini.
Keempat : Menggunakan obat-obatan bermanfaat yang tersedia. Ini merupakan bagian dari kesempurnaan tawakal. Telah diriwayatkan dalam sunan Abu Dawud dari Usamah bin Suraik, dia berkata, “Aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, di atas kepala mereka seolah ada burung yang bertengger. Akupun memberi salam kepada mereka lalu duduk. Kemudian datang orang-orang arab badui dan bertanya, “Wahai Rasulullah apakah kita perlu berobat?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berobatlah! Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah mengadakan suatu penyakit melainkan Dia adakan pula obatnya selain satu penyakit yaitu tua.”
Kelima : Di antara jalan yang paling penting dalam melindungi diri dari penyakit ini dan selainnya adalah membentengi diri dengan zikir syar’i.
Bagi setiap muslim hendaknya menjaga zikir pagi dan petang. Yang terpenting dari zikir-zikir itu adalah sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan (Bismillahi laa yadhurru ma’asmihi syai’un fil ardhi walaa fii sama wahua samii’ul aliim) setiap pagi dan sore hari :
‘Dengan menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatupun yang dapat memberi mudarat dengan nama-Nya di bumi maupun di langit dan Dia Mahamendengar lagi Mahamengetahui.’
Dibaca sebanyak tiga kali, tidak akan membahayakannya sesuatupun.
Membaca mu’awizat sebanyak tiga kali sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika beliau bergegas tidur di pembaringannya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya dengan membaca surat al-Ikhlas (Qulhuwallahu ahad…dst), surat al-Falaq (Qul a’uzu birobbil falaq) dan surat an-Naas (Qul a’uzu birobbinnas), kemudian mengusap dengan kedua telapak tangannya itu seluruh tubuhnya sedapatnya, dimulai dari kepala, wajah dan bagian depan tubuhnya. Beliau melakukannya tiga kali. [Hadits riwayat al-Bukhari]
Baca Juga Penyakit Sombong
Membaca ayatul Qursy sebelum tidur. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dalam Shahih al-Bukhari:
“Jika engkau mendatangi tempat pembaringanmu, maka bacalah ayat kursy dari awal hingga selesai (Allahu laa ilaaha illa hu…dst). Engkau akan senantiasa mendapat penjagaan dari Allah dan tidak akan didekati oleh syaitan sampai subuh.”
Juga membaca penutup surat al-Baqarah sebelum tidur sebagaimana yang terdapat di dalam Shahihain Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu dia berkata, bersabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Siapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqarah pada malam hari, dua ayat itu sudah cukup (menjadi penjaganya).”
Keenam : Memperbanyak taubat dan istigfar (meminta ampun kepada Allah).
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.” [Al-Anfal/8:33]
Dan firman-Nya Azza wa Jalla:
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” [Nuuh/71:10-12]
Semakin banyak seorang muslim beristighfar akan semakin dekat dia kepada Tuhan-nya Azza wa Jalla dan semakin jauh pula dia dari penyakit dan bala. Bala tidak menimpa melainkan disebabkan dosa, dan tidaklah bala itu diangkat selain dengan taubat dan istighfar.
Ketujuh : Senantiasa menjaga senjata yang paling agung yaitu doa.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu meminta perlindungan dalam doanya dari buruknya penyakit.
Kita meminta kepada Allah untuk semua keselamatan dan keafiatan (kesehatan) serta menyembuhkan seluruh kaum muslimin yang menderita sakit.
Footnote
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung di blog kami ini, semoga bermanfaat, dan tinggalkan pesan dan saran dari anda.di kolom tersedia di bawah ini. Terimakasih.Jazakumullah khairan.